Welcome

Wednesday, July 13, 2011

Yoga Yogi Korban ???

Lilis Setyowati (39) warga Dusun Tenggulunan RT 7 RW 1 Desa Mendalanwangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang berkirim surat ke Bupati Malang Rendra Kresna terkait keluhannya tentang tingginya biaya pendidikan maupun pengembangan mutu pendidikan di SDN IV Sitirejo.

Akibatnya, dua anak kembarnya Yoga Prakoso dan Yogi Prakoso dilarang menempuh pendidikan di sekolahan tersebut dan diminta pindah sekolah.


Satu lagi kasus di dunia pendidikan terjadi yang seharusnya tidak terjadi yakni Kasus dua siswa SDN IV Sitirejo yang dikeluarkan dari sekolahnya karena berkirim surat ke Bupati Malang menarik perhatian orang nomor satu di Pemprov Jatim. 

Kalau kita pelajari, kasus demi kasus mulai mencuat kepermukaan, wali murid mengadukan Guru atau Kepala Sekolah dan  karena tidak terima dilaporkan guru atau kepala sekolah bereaksi, mulai dari intimidasi siswa, sampai kepada pemecatan atau mungkin mengajak wali murid lain (secara tidak langsung) untuk mengintimidasi sang pelapor.
Seharusnya ini tidak perlu terjadi kalau kedua belah pihak mau saling terbuka. 
Kalau kita bisa sama sama berpikir untuk kemajuan, maka keterbukaan sangat diperlukan. Sekolah dengan pernagkatnya tidak perlu takut dikritik, dan walimurid juga tidak usah takut mengkritik. Kritikan akan memberikan dampak positif kalau kita bisa terima dan berubah sepanjang kritikan itu tidak bertujuan untuk memojokkan.

Saya yakin, kasus Yoga Yogi bukan bertujuan untuk memojokkan kepala sekolah tetapi merupakan luapan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang  diterima siswa di sekolah tempat Yoga-Yogi belajar.

Kenapa wali murid lain tidak melapor selama ini??

Ini juga jadi pertanyaan penulis, Kenapa ya??

Ada kemungkinan takut hal ini terjadi pada anak mereka (mereka). Kalau bicara ya harus siap terima resiko. Resiko apa yang akan diterima??
Ya ... tentu seperti Yoga-Yogi. Dan umumnya orang tidak mau terima resiko. Maunya enak saja, kalau udah enak, rame-rame ikut gabung, tapi kalau ada resiko, nanti dulu lah ....


Bagi pemegang kekuasaan, sudah saatnya untuk terbuka. Kenapa kita tidak nelajar dari saidina Umar bin Khatab atau Saidina bu Bakar Siddiq ketika beliau dilantik jadi Khalifah. Dalam sambutan perdananya beliau berkata: "Satu hal yang saya takutkan kalau saya duduk sebagai khalifah yaitu kalian tidak mau lagi mengkritik kesalahan yang saya lakukan".
Satu hal yang tidak pernah kita dengar di zaman sekarang ini kecuali berupa tulisan akhir dalam sebuah karya tulis yang mengharapkan kritik dan saran ... (basa basi aja kali ya . ).

Guru adalah satu profesi yang membutuhkan kritik dan saran, dari segala bidang. terutama dalam proses pembelajaran karena tidak ada satu metodepun yang sempurna dalam penyajian materi, untuk itu dikembangkan satu metode Lesson Study yakni sebagai salah satu cara untuk menerima masukan dari rekan atau kolega kita dalam belajar mengajar.
Kritik dan saran itulah yang akan membuat perbaikan.

Mari kita belajar terbuka menerima kritikan dan saran.
Siswa memiliki hak untuk menikmati fasilitas yang lebih bai dari sekolah dan kalau mereka protes artinya ada hak mereka yang belum mereka terima dan sekolah dalam hal ini harus legowo dan jika bisa dipenuhi kita penuhi dan kalau memang kedaan yang membuat hal itu tidak bisa dipenuhi maka sekolah harus bisa menyampaikannya dengan cara yang baik dan sang wali murid juga harus bisa menyampaikan dengan cara yang lebih baik.
Berikut adalah beberapa langkah yang sebaiknya kita jalani kalau mau menyampaikan kritikan atau komplain kepada sekolah agar kasus Yoga-Yogi tidak terjadi.

Bagi wali Murid yang merasa hak anaknya tidak terpenuhi sebaiknya mengambil jalan bertingkat, jangan langsung melapor kepada kepala dinas atau bupati tetapi;

1. Sampaikan dulu kepada wali kelas dan kalau hasilnya tidak memuaskan
2. Sampaikan kepada wakil Kepala Sekolah dan jika masih tidak memuaskan
3. Sampaikan kepada Kepala Sekolah.

Ini jika harus mengikuti tahapan lengkap tetapi kalau dianggap terlalu berbelit-belit, ya sudah ambil langkah ini.
Langsung sampaikan kepada Kepala sekolah dan tunggu reaksinya, kalau reaksinya tidak memuaskan, sampaikan lagi kalau perlu dengan sedikit penekanan "kalau Bapak/Ibu tidak ada tindakan maka saya akan lanjutkan kepada Dinas Kecamatan atau Kabupaten"
Saya yakin pasti ada reaksi.
Bagi Sekolah yang dikomplain Wali Murid:
  1. Terimalah kritikan dengan lapang dada
  2. Pelajari apa yang menjadi permasalahan
  3. Berikan penjelasan dengan bijaksana dan jangan memvonis salah terhadap pengkritik
  4. Kalau yang disampaikan oleh sang pengkritik memang benar, lakukan perbaikan tetapi jika tidak maka sampaikan sanggahan dengan bijaksana
  5. Untuk hal yang bisa dipenuhi, usahakan untuk memenuhinya tetapi kalau memang sekolah tidak bisa memenuhinya maka tidak usah takut untuk menyampaikan apa adanya bahwa keinginan wali murid tersebut dengan berat hati tidak bisa kami penuhi dan sampaikan alasannya dengan bijaksana dan jangan dengan emosi.
Kalau  sang pengkritik masih bersikukuh dengan keinginannya sementara sekolah tidak bisa memenuhi karena keterbatasan yang jelas, maka baru boleh diberikan alternatif lain untuk mencari sekolah lain yang lebih baik menurut sang pengkritik tanpa ada intimidasi atau paksaan.

Semoga tidak ada lagi kesalahpahaman / pemaksaan kehendak dari masing-masing pihak terhadap pihak yang lainnya.
Kalau bisa dicari jalan yang mudah kenapa harus mencari jalan yang sulit ...
Kalau bisa dipermudah kenapa mesti dipersulit ....


1 comment:

  1. . thanks for giving us go through info.Fantastic nice. I appreciate this post.
    pythagorean trig identities

    ReplyDelete